Mundi Mahaswiati ‘81
Biar begini aku seorang penulis, tulisanku bagus banget banyak orang yang memuji, bahkan semua yang membaca tulisanku menyalinnya ke dalam catatannya masing-masing. Aku menulis di papan tulis sementara mereka menyalin di buku pelajaran.
Saat aku menulis ada saja cobaan dan godaan, kadang ada yang menyambit dengan kapur. Serunya aku mendapatkan pacar justru gara-gara sepotong kapur tulis.
Ceritanya begini, sepotong kapur melayang mengenaiku ketika itu, aku toleh ke belakang semua orang terlihat sibuk menyalin catatan. Kali kedua begitu juga, ini membuatku jengkel dan bersumpah dalam hati, kalau yang menimpuk perempuan akan aku jadikan tukang jamu, kalau lelaki akan aku jadikan tukang ojek, tapi kalau ganteng boleh juga untuk dijadikan pacar.
Aku mulai siaga, begitu ada timpukan aku akan langsung menoleh ke belakang. “Bletuk”, sepotong kapur tulis mampir di kepala, “Tengok ke belakang, gerak”, aku memberi aba-aba dalam hati. Semua asyik menyalin catatan, kecuali seorang sedang bergerak gerak, Andi Novianto.
“Andi! Jangan genit ya!”, aku mulai jutek.
“Gerrrrrrrrrrrrr …….”,
reaksi penghuni kelas.
Rupanya bukan Andi
pelakunya, hal ini membuatku malu-malu kecil.
![]() |
3 IPA 6, Mundi, Eneng, Titut, Iwan, Tri |
Baberapa hari kemudian
setelah bel pulang sekolah berbunyi seorang kawanku berkata, “Mundi, tadi Andi
bilang mau ngomong sama elo di gerbang belakang”.
“Mau ngomong apaan?
Malu-malu banget”, akupun menuju ke sana.
Kulihat Andi berdiri di gerbang belakang, ganteng juga sih kalau dilihat dari jauh.
“Andi, emang kamu mau
ngomong apa?”.
“Kata anak-anak Mundi yang
mau ngomong”.
Sialan kami dikerjain
kawan-kawan.
“Kita dikerjain
temen-temen nih, kalau gitu sekalian anterin aku pulang aja deh Ndi”.
Andi nggak menolak,
mungkin gara-gara sumpahku Andi mau aja jadi tukang ojek pribadiku, lumayan
nggak mau dibayar lagi.
![]() |
Andi jongkok bersama Nuzhat |
Akhirnya kami jadian deh. Serasa Smandel dan sekitarnya milik kami berdua.
“Kok elo nggak terus sih
sama Andi?”.
“Elo tahu sendiri Andi
orangnya kalem banget, buat ukuran gue kurang agresif”.
“Eh, di awal cerita elo
bilang kan yang nyambit elo sumpahin jadi tukang ojek?. Kan elo tahu yang
nyambit bukan Andi”.
“Maklum aja dulu kan gue
masih belajar, jadi kadang-kadang sumpah gue suka salah sasaran”.
Mundi Mahaswiati The O tulisannya bagus n jenaka..tapi lebay habis kisahnya..he he.. semoga semakin sukses dg tulisannya yg lain ya.
Salam,
MM
No comments:
Post a Comment