Monday, January 16, 2012

Cinta Sepotong Kapur tulis

Mundi Mahaswiati ‘81

Biar begini aku seorang penulis, tulisanku bagus banget banyak orang yang memuji, bahkan semua yang membaca tulisanku menyalinnya ke dalam catatannya masing-masing. Aku menulis di papan tulis sementara mereka menyalin di buku pelajaran.

Saat aku menulis ada saja cobaan dan godaan, kadang ada yang menyambit dengan kapur. Serunya aku mendapatkan pacar justru gara-gara sepotong kapur tulis.

Ceritanya begini, sepotong kapur melayang mengenaiku ketika itu, aku toleh ke belakang semua orang terlihat sibuk menyalin catatan. Kali kedua begitu juga, ini membuatku jengkel dan bersumpah dalam hati, kalau yang menimpuk perempuan akan aku jadikan tukang jamu, kalau lelaki akan aku jadikan tukang ojek, tapi kalau ganteng boleh juga untuk dijadikan pacar.

Aku mulai siaga, begitu ada timpukan aku akan langsung menoleh ke belakang. “Bletuk”, sepotong kapur tulis mampir di kepala, “Tengok ke belakang, gerak”, aku memberi aba-aba dalam hati. Semua asyik menyalin catatan, kecuali seorang sedang bergerak gerak, Andi Novianto.

“Andi! Jangan genit ya!”, aku mulai jutek.
“Gerrrrrrrrrrrrr …….”, reaksi penghuni kelas.
Rupanya bukan Andi pelakunya, hal ini membuatku malu-malu kecil.
3 IPA 6, Mundi, Eneng, Titut, Iwan, Tri
Baberapa hari kemudian setelah bel pulang sekolah berbunyi seorang kawanku berkata, “Mundi, tadi Andi bilang mau ngomong sama elo di gerbang belakang”.
“Mau ngomong apaan? Malu-malu banget”, akupun menuju ke sana.

Kulihat Andi berdiri di gerbang belakang, ganteng juga sih kalau dilihat dari jauh.
“Andi, emang kamu mau ngomong apa?”.
“Kata anak-anak Mundi yang mau ngomong”.
Sialan kami dikerjain kawan-kawan.
“Kita dikerjain temen-temen nih, kalau gitu sekalian anterin aku pulang aja deh Ndi”.
Andi nggak menolak, mungkin gara-gara sumpahku Andi mau aja jadi tukang ojek pribadiku, lumayan nggak mau dibayar lagi.
Andi jongkok bersama Nuzhat

Akhirnya kami jadian deh. Serasa Smandel dan sekitarnya milik kami berdua.
“Kok elo nggak terus sih sama Andi?”.
“Elo tahu sendiri Andi orangnya kalem banget, buat ukuran gue kurang agresif”.
“Eh, di awal cerita elo bilang kan yang nyambit elo sumpahin jadi tukang ojek?. Kan elo tahu yang nyambit bukan Andi”.
“Maklum aja dulu kan gue masih belajar, jadi kadang-kadang sumpah gue suka salah sasaran”.


    • Eneng Nurcahyati Tulisannnya oke...smandel di Banten wow kerennnnnnn
      18 January at 18:22 ·

    • Mundi Mahaswiati The O tulisannya bagus n jenaka..tapi lebay habis kisahnya..he he.. semoga semakin sukses dg tulisannya yg lain ya.

      Salam,
      MM

Tuesday, May 18, 2010

Ketika Sepasang Monyet Kepergok Sepasang Kingkong

Vini Zainal '86

Seperti biasa pagi ini aku berpamitan kepada kedua orang tuaku, berangkat ke sekolah. “Vini anak rajin”, kalimat itu menurut perkiraanku ada di benak mereka dan mereka benar karena memang aku anak rajin …. tapi bukan rajin belajar!.

Hari ini aku punya rencana yang tidak biasa. Tidak biasa??? Bertemu pacar jawabannya. Sudah tentu kami tidak bertemu di sekolah tapi sekalian cuci mata di pertokoan paling beken di masaku duduk di Smandel, Ratu Plaza.

Aku dan pacarku pagi-pagi sudah sampai di Ratu Plaza, kalau kalian berharap aku akan menyebutkan nama pacarku, harapan kalian pastilah sia-sia, percuma karena itu merupakan cinta monyetku.

Di depan etalase kami hanya menujuk barang yang kami sukai karena hanya itu yang kami bisa, karena cowokku bokek dan aku lebih bokek lagi! Sesekali kami berangkulan seperti monyet-monyet yang lain, tangannya memeluk pundakku, tanganku mememeluk pinggangnya.

Bicara masalah rangkul-rangkulan paling enak di eskalator, kalau si eskalator naik seperti naik jet plane, kalau turun seperti naik kereta luncur.

Naik kereta luncur dulu ah!
Astaga! Di eskalator persis disebelah kami sepasang kingkong sedang naik jet-plane, dan salah satu kingkong itu adalah ibu *** (sengaja namanya disamarkan) yang tak lain adalah guru kita nan muda, cantik dan keren. Nah loh! Kok bisa ya sama-sama pacaran dan bolos di Ratu Plaza, aku tahu persis si ibu guru harusnya mengajar saat itu.

Sontak kepalaku pusing tujuh ratus tiga puluh satu keliling! Aku murid bo! Beliau guru!. Pikiranku berkecamuk, bagaimana kalau ibu guru bilang,
“Vini, kok kamu bolos! Pacaran lagi!”
Aku pasti jawab yang lebih ketus
“Nah, ibu juga bolos! Pacaran di depan murid lagi!”

Bantu aku dong berbuat sesuatu! Buruan! Kan menurut teori fisika jika kita bergerak berlawanan arah dengan kecepatan yang sama maka kecepatannya menjadi 2 kali lipat, artinya aku harus berpikir 2 kali lebih kenceng. Ayo Vini do something!

Tinggal 8 meter lagi …. 6 meter …. 4 meter … akhirnya kamipun berhadapan.
“Selamat pagi bu …..”
“Selamat pagi Vini ….”

Rasanya hanya di sekolah kita aja monyet bisa kompak pacaran bareng dengan kingkong, bukankah di sekolah kita guru serasa teman.

Thursday, December 18, 2008

Senyumnya itu loh!

Kelasku 1 IPA 2 berada di lantai 2, setelah menaiki tangga belok kanan, paling pojok di sisi kanan. Saat ingin kembali ke arah kelas aku berpapasan dengan cewek manis anak juragan roti Barliana, Vivi Mufida namanya, panggilan populernya Vivi roti.

Vivi memulai tersenyum kepadaku, ada angin apa pikirku, akupun tidak menyia-nyiakan suasana ini senyumku yang dikagumi Roy Matondang alias Omloy moderator media-smandel kulepaskan.

Supaya aku tidak dibilang pembual sebaiknya aku cantumkan tulisan Omloy di milis, "The O....gw kenalan ama ente di halaman rumah duka Almarhum Danar....senyumnya itu loh...ck ck ck...dah gitu becanda muluw.Selamat Ulang Tahun yeach....semoga makin Oo..."
Hariyanto Putra wrote at 08:24 on 27 May 2010
the ...O.. senyumnya....tuh.....aih=aihhhhh ....


Akibat senyumku, senyum Vivi bertambah manis, anehnya setelah melewatiku ekor mataku masih menangkap kok Vivi tersenyum terus, ada yang nggak beres nih, hatiku menjadi tidak enak. Kutolehkan kepalaku ke belakang baru kusadari bahwa Vivi bukan tersenyum kepadaku melainkan kepada Uki pacarnya yang kebetulan berjalan di belakangku.

Sayang mereka tidak dijinkan oleh Yang Maha Pencipta untuk menikah karena Uki meninggal dunia akibat penyakit ginjal di masa kami kuliah, semoga engkau berbahagia sobat, amin.

Memorynya Memory Camp


Waktu nongkrong di bawah poko Teknik, poko kependekan dari pohon kamboja, di depan SM dan KAPA FTUI aku berjumpa dengan Jojo ’80, dia mengajakku mengikuti Memory Camp SMANDEL tahun 1984 rasanya? Besok hari terakhir, datang pagi-pagi jadi nggak perlu menginap.
Jojo bilang siapa tahu ketemu ceweq cakep dan dapet jodoh disana.

Singkatnya kami sudah di area Memory Camp mengendarai Honda CB 100 miliknya, Jojo cuma sebentar terus aku ditinggal.
Disini aku berkenalan dengan ceweq manis, namanya Susi ’85, orangnya asyik apalagi waktu hiking ke air terjun. Boljug nih kalau diteruskan.

Sekarang aku sudah di poko bertemu Jojo lagi, ada obrolan seperti ini.
“Jo, waktu Memory Camp gue ketemu ceweq cakep banget namanya Susi”
“Udah Men elo pacarin aja”
“Elo kok nggak tertarik sih Jo!”
“Gue cuma bilang, elo pacarin aja kalau elo udah suka”

Jojo kok cuek-cuek aja? Tak berapa lama Eko ’81 melewati poko, aku promosikan ada ceweq cakep di SMANDEL.
“Ko, ada ceweq cakep di Memory Camp namanya Susi”
“Jojo udah tau”
“Udah”
“Terus Jojo bilang apa Men?”
“Pacarin aja”
“Pacarin aja?????, udah direstuin lo artinya!”
“Maksud lo apa Ko?”
“Emang elo belum tahu beneran!!!!!!!!!! Omen ... Omen .... Susi itu adiknya Jojo”


Susi : Lucu juga, cerita lama yang gue ngak pernah tau

Tuesday, December 16, 2008

Sudah jatuh ditegor aja nggak


Ahmad Himawan'81

Kebersihan kelas di sekolah kita memang kadang diperlombakan, mulai dari langit-langit, dinding, lantai, meja, kursi, lemari dan tentunya tidak ketinggalan jendela.

Membersihkan langit-langit dan dinding yang mengerjakan anak laki, masa sih jeruk makan jeruk, kulihat Rosana cewek yang banyak dibicarakan orang sedang membersihkan jendela, ikut ah …… akupun ambil bagian, kali-kali aja bisa ngobrol bareng walaupun yang diomongin tentang kaca jendela.

Rosana asyik membersihkan kaca jendela, akupun juga keasyikan, saking asyiknya sampai lupa untuk melaksanakan niat ngobrol dengan Rosana, bahkan saking bersemangatnya aku sampai lupa diri, mundur…mundur… mundur dan terjatuh.

Mungkin pembaca bilang itu kejadian biasa karena aku lupa menjelaskan bahwa kaca jendela yang kubersihkan ada di lantai 2, jadi aku jatuh dengan posisi jongkok dari lantai 2 bo!

Rosana sang pujaan hati pasti melihat, jangankan menolong …….teriak aja nggak.

Untungnya aku jatuh di taman yang banyak tanaman bunganya, untungnya lagi nggak kena pot semen. Leher agak sakit, malunya luar biasa karena banyak orang yang menjadi saksi. Iya, kusebut saksi karena mereka hanya melihat tetapi tidak satupun yang menolong.

Sambil menanggung malu aku kembali ke kelas, kekecawaanku bertambah karena sampai di kelas ……… Rosana, sang pujaan hati boro-boro memberikan perhatian ……… negor aja nggak.

Aku justru mendapat sapaan mesra dari Nina boy cewek gagah angkatan 80 yang belakangan lebih sering dipanggil ……….. Mamat.

Iwan di depan paling kiri, Rosana di belakangnya

Komentar saksi hidup:
gwe masih inget ketika becanda di lantai 2 beliau ini sempat terdorong - terjatuh dan lebih tepatnya melompat, makanya ga salah kalau Rosana bilang salam anak monyet hahahha (Fauzi Idroes’81)

Pengakuan Rosana:
Men, emang dulu banyak yang suka sama gue, tapi nggak ada satupun yang berani mengungkapkan. Suami gue orang batak, elo kan tau sendiri orang batak …… belum apa-apa udah nembak